Proseleb.com – Melanjutkan ulasan pertama tentang keberadaan televisi, feature kali ini membahas sesuatu yang lebih serius . Menurut seorang nara sumber, televisi di Indonesia tidak memiliki visi yang jelas. Hal ini membuat televisi kita tidak mempunyai ideologi yang menjadi guidance bagi televisi dalam bersiaran
Dalam diskusi itu disebutkan bahwa beberapa televisi swasta terbesar hanyalah corong bagi tokoh tertentu untuk berkampanye, oleh karena itu tak heran jika feature berformat berita menampilkan kedahsayatan sang tokoh atau secara terang-terangan menyatakan diri bahwa pasangan mereka adalah yang paling layak menjadi presiden.
Televisi lain yang identik dengan warna terang, disinyalir ‘mensponsori’ penangkapan teroris atau selebritis pelaku kriminal, dijlaskan bahwa televisi tersebut selalu mendampingi petugas saat menangkap teroris bahkan ada bersama aparat dalam aktifitas sangat rahasia itu.
Sebuah stasiun televisi identik dengan warna gelap, juga disinyalir merupakan televisi yang tidak labour friendly, televisi ini disinyalir paling ‘tak sudi’ membeli program dari production house dan akibatnya pekerjanya harus bekerja dengan jam kerja yang sangat panjang, alhasil keuntungan memang meningkat tajam, akan tetapi harga ini harus pula dibayar dengan harga mahal berupa pindahnya pegawai ketelevisi lain yang mungkin lebih manusiawi dalam memperlakukan pekerjanya.
Akan halnya dengan televisi lokal, karena keterbatasan daya dan dana televisi lokal justru hanya menjadi televisi ‘obat’ karena blocking time hanya terjual kepada pebisnis obat alternatif, serupa jamu dan pengobatan berbau magis.
Kesimpulan dari diskusi yang berlangsung dua jam tersebut adalah tentang pentingnya televisi memberikan berita yang mendidik, menghibur dan menyebarkan berita yang berimbang dan benar.
Kecenderungan televisi yang hanya mengejar rating dalam setiap tayangang hingaa saat ini dinilai telah menempatkan pemirsa pada posisi yang dirugikan dan tidak tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi secara nyata
Iklan sebagai sumber penghasilan dan bersifat persuasif agitati juga harus diseleksi dengan cermat, karena sebagian besar dari iklan yang bersifat sangat bombastis ternyata tidak sesuai dengan kualitas produk yang diiklankan.
Televisiseringkali menabrak rambu-rambut, etika, estetika dan regulasi yang dikeluarkan oleh pemerintah, oleh karena itu kasus menyangkut hukum akan selalu terjadi jika pakem yang dilaksanakan tidak diubah demi kebaikan masyarakat Indonesia dimasa mendatang. (azy)
ulasan sebelumnya http://www.proseleb.com/2013/10/televisi-monster-diruang-pribadi-kita.html
0 komentar:
Posting Komentar