Rabu, 21 Agustus 2013

Kontroversi 'ustaz seleb' hingga 'industrialisasi ayat' untuk Solmed

Perselisihan Ustaz vs Ummat belum menunjukkan grafik menurun, kontroversi para pemuka agama baik yang membela maupun menentang soal ‘industrialisasi ayat’ masih berlanjut ditanah air.
Sebenarnya persoalan ini tidak perlu menjadi isu yang besar dan melebar kemana-mana jika Soleh Mahmud alias Ustaz Solmed tidak menabur kebencian terlebih dahulu kepada pihak penyelenggara di Hongkong yang merasa dirugikan secara psikologis
Pernyataan-pernyataan berbau fitnah yang diajukan oleh kedua pihak memenuhi semua saluran infotainment dan tak pelak lagi masyarakat bisa menkonsumsi secara terbuka dan menilai pihak mana yang zolim dan di zholimi dalam kasus ini
Sekarang setelah kasus ini membola salju banyak komentar yang bisa dirangkum, sebagian ustaz yang merupakan sahabat dari Solmed cenderung mengeluarkan pembelaan, akan tetapi sebagian pihak lainnya menyatakan ketidak setujuannya, berikut komentar yang berhasil dirangkum Proseleb.com

KH Maruf Amin, Ketua Majelis Ulama Indonesia menentang keras ustad yang pasang tarif dakwah. Menurut Maruf, ustad yang dilabeli 'seleb' saja sudah melenceng, apalagi bila memasang tarif!
"Itu sudah tidak benar, apalagi pakai tarif-tarif. Itu sudah arti lain, dakwah lain, artis lain. Artis itu apa, dakwah itu apa. Itu jangan dingaco-ngacoin," tegas Maruf.

Hidayat Nur Wahid  mantan Ketua MPR RI masa jabatan 2004-2009 dengan kera menyebut bahwa penarifan adalah industrialisasi dan menurutnya hal itu bukalah berdakwah
"Kalau untuk dia memasang tarif, dia menjadi semacam industri. Dan ketika menjadi industrialisasi, dakwahnya pun menjadi dakwah industri. Dakwah industri menjadi kekhawatiran seperti yang lain. Ya hanya musiman dan demikian bukan itulah praktik daripada berdakwah," tambahnya.

Amidhan  MUI mengatakan “Masalah etika bahwa dakwah itu adalah sebagai tanggung jawab, oleh karena itu, tentu enggak layak ya kalo pasang tarif tarif ...saya kira kalo jamaah secara sukarela memberikan kepada ustaz itu ya sesuatu yang baik, mereka juga manusia yang perlu hidup secara layak, tetapi jangan dijadikan sebagai komoditas, jadi itu, yang penting itu”
“Jadi sama sekali saya nggak setuju adanya tarif itu dan ini menurut agama Islam saya kira tidak bermoral,” tegasnya

Prof Dr. Satori Ismail Persatuan Da’i mengatakan bahwa Dai pada dasarnya tal mematok harga, akan tetapi dirinya menundig manajemenlah yang membuat sang ustaz menjadi berlaku demikian

“Dai-dai insyaalah semua demikian, namanya juga Dai itu yang mengajak, Ad’dai illalah, yang mengajak kepada jalan Allah SWT , oleh karena itu tidak ada seorangpun Dai yang tegas  mematok harga sekian kalo mengundang saya sekian, ..tidak ada”
“Biasanya ada tim managemen, biasanya manajemen inilah yang menetapkan harga” terangnya,

Waaluhualam bissawab.... (azy)






berita terkait sebelumnya
berita sebelumnya

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More